JAKARTA, KOMPAS.com – Gunung Carstensz Pyramid di Papua dengan ketinggian 4.884 meter di atas permukaan laut (mdpl) termasuk ke dalam tujuh puncak tertinggi di dunia. Gunung Carstensz sendiri kemudian menjadi impian banyak pendaki gunung Indonesia untuk mencapai puncaknya.
Namun, impian untuk bisa mencapai puncaknya tak semudah dibayangkan. Tak sembarang pendaki bisa apalagi pendaki pemula untuk bisa menjejakkan kaki di Puncak Carstensz.
“Gunung bukan untuk pemula. Ini gunung yang butuh kemampuan teknik mendaki gunung. Beberapa kali ketemu pendaki seven summits dunia. Mereka bilang Gunung Carstensz lebih susah daripada Everest. Karena dari tujuh puncak dunia, cuma Carstensz yang perlu kemampuan teknik memanjat saat mau mencapai puncak,” kata Pemilik sekaligus pemandu pendakian dari Patagonia Adventure Travel, Fandhi Achmad kepada KompasTravel saat ditemui acara “Re-Opening Patagonia Outdoor Store & Sharing Experience Carstensz Pyramid” di Jakarta, Minggu (25/9/2016) malam.
Menurut Fandhi Achmad yang akrab disapa Agi, pendaki akan mulai memanjat tebing dari mulai titik Lembah Kuning menuju Puncak Gunung Carstensz. Ia juga menyebutkan, rute pendakian Gunung Carstensz yang terbilang berat bagi pendaki pemula.
“Apalagi kalau trekking lewat Jalur Sugapa, rute trekkingnya berat. Kemudian curah hujannya yang membuat berat karena hampir setiap hari hujan,” jelas Agi yang telah berhasil mencapai puncak Carstensz lebih dari lima kali ini.

Beratnya medan pendakian akan dirasakan pendaki selama hampir di selama perjalanan. Agi menceritakan, dalam keadaan hujan, mental pendaki akan diuji. Belum lagi ditambah dengan menyusuri sungai di beberapa hari pertama.
“Sampai hari ke empat kita akan ketemu sungai. Kita menyeberang sungai-sungai. Jalan di akar-akar pohon yang licin,” sebutnya.
Seorang pendaki gunung dari Adventure & Rescue Team, Surveyor Indonesia, Leny Surya Martina mengakui kesulitan saat mendaki Gunung Carstensz. Ia mengaku, dirinya adalah orang yang hanya gemar mengikuti ajakan teman untuk mendaki gunung.
“Saya bukan pencinta alam sejati. Kita banyak menyeberang sungai dari pohon. Mulai dari jalan hari kedua itu jembatannya bentuknya pohon melintang. Kita kadang melewati longsoran tanah baru longsor. Itu yang berat bagi mental. Itu takutnya longsor lagi,” cerita Leny.
Selain itu bagi Leny yang telah lama tak mendaki gunung, menyeberangi sungai tanpa menggunakan tali adalah hal yang sangat menguras mental. Tak hanya itu, berpijak pada tanah-tanah yang longsor itu terbilang mengerikan.

“Dari Lembah Danau-Danau, kita akan ascending (menaiki) dan descending (menuruni) tebing di New Zealand Pass. Itu memanjat 80 derajat tegak lurus, baru sekarang merasa takut,” jelasnya.
Gunung Cartensz dengan ketinggian 4.884 mdpl termasuk ke dalam tujuh puncak tertinggi di lempengan benua, bersama Gunung Everest, Asia; Kilimanjaro di Afrika dengan ketinggian 5.885 mdpl; Elbrus di Eropa dengan ketinggian 5.642 mdpl; Aconcagua di Amerika Selatan dengan ketinggian 6.962 mpdl; McKinley di Amerika Utara dengan ketinggian 6.670 mdpl, dan Vinson Massif di Antartika dengan ketinggian 5.535 mdpl.
Sumber: